Di medio bulan November 2013 lalu,
jauh sebelum hingar- bingar kampanye Pilres 2014 dengan segala isu, gaya
kampanye baik yang negatif maupun positif , saya berbincang- bincang
dengan seorang teman yang baru saja menjalankan tugas keliling ke
beberapa wilayah di Indonesia, mulai pelosok Aceh, Palembang, Lampung,
hingga di Kalimantan, Sulawesi dan juga pedalaman Papua. Pekerjaan
teman saya tersebut adalah konsultan pengembangan masyarakat
spesialisasi pengembangan ekonomi kecil dan kreatif. Teman
saya tersebut bercerita bagaimana gambar, spanduk dan baju kotak- kotak
khas Jokowi bertebaran di daerah- daerah yang dikunjunginya tersebut.
Daerah- daerah terpencil yang nota bene jauh dari hingar- binger
politik dan secara politik mereka umumnya apatis dan top down
menurut teman saya begitu aktif dalam membincangkan sosok Jokowi yang
ketika itu masih menjabat gubernur DKI. Menurut teman saya, fenomena
aktifnya masayarakat tersebut, yang nota bene di pedalaman, jauh dari
nalar politik, jarang ditemui . teman saya sampai tidak percaya kalau
Jokowi di daerah- derah pedalam tersebut begitu popular, begitu disukai
dan menjadi perbincangan. Ketika bertemu dan mengobrol dengan mereka,
teman saya bahkan sampai ditanya oleh mereka bagaimana caranya untuk
bisa bertemu dengan Jokowi di Jakarta, sekedar hanya untuk bertemu,
salaman dan melihat wajahnya. Jujur, Sederhana dan Merakyat Ketika
teman saya menanyakan apa alasan mereka begitu sukarela memasang umbul-
umbul bergambar Jokowi dan begitu antusiasnya mereka untuk bertemu dan
bertatap muka dengan Jokowi, mereka kompak menjawab bahwa Jokowi adalah
tipe pemimpin ideal mereka. Bagi mereka pemimpin adalah sosok seperti
Jokowi yang bergaya seperti masyarakat kebanyakan, tanpa jarak dan
hambatan birokrasi dengan rakyat, tegas dan punya visi namun disisi lain
dalam menyelesaikan masalah- masalah rakyat tidak mengggunakan powernya
sebagai penguasa dan tidak semena-mena atas nama undang- undang/ perda
dalam pelaksanaan kebijakannya. Namun mau berkomunikasi dengan rakyat
dan juga jujur terhadap rakyat. Bagi mereka tipe pemimpin seperti itulah
yang ideal ditengah- tengah perilaku dan moral elit dan pemimpin
politik yang bermewah- mewah, korup, berjarak dengan rakyat dan
cenderung mementingkan kepentingan dan keinginannya sendiri tanpa ada
komunikasi timbal balik dengan rakyat dan tidak menunjukan gaya dan
perilaku empati ditengah situasi masyarakat. Kebutuhan Model Pemimpin ala Jokowi Ketika
saya mendapat tugas dari kantor untuk di beberapa wilayah Indonesia,
yaitu di Masohi di Ambon, di daerah Batu Betumpang di Bangka Belitung,
di beberapa wilayah Sulawesi, di daerah Kalimantan, saya juga menemukan
fenomena yang sama ditemui oleh teman saya. Dalam sebuah pertemuan
tidak sengaja disebuah warung kopi di pedalaman sebuah kabupaten di
Pulau Seram misalnya, saya menemukan begitu antusiasnya masyarakat dalam
membicarakan Jokowi. Tampak dari mata dan ekspresi mereka kekaguman
akan sosok Jokowi. Menurut mereka, Jokowi adalah tipe pemimpin ideal
meraka. Sosok pemimpin yang tidak jumawa dengan pangkatnya, tidak
menghargai masyarakat yang dipimpinnnya, sosok yang mau mendengar namun
juga tegas dalam menjalankan visinya, serta sosok yang sederhana dalam
bergaya dan bersikap. Sosok pemimpin yang mereka idam- idamkan sejak
dahulu ditengah- tengah pola kepemimpinan ala adipati yang feodalistik,
pola kepemimpinan yang elitis dan bermewah- mewah. Bagi mereka Jokowi
adalah sosok yang pemimpin yang mengerti bahwa masyarakat masih banyak
yang belum hidup mapan, belum banyak tersentuh pembangunan dan
masyarakat adalah raja/ konsumen dari pemimpinnya yang harus dipuaskan.
Saya melihat fenomena
tersebut merupakan puncak keinginan rakyat kebutuhan akan model
kepemimpinan yang berbeda dengan era sebelumnya yaitu kepemimpinan ala
Jokowi. Dimana seiring dengan munculnya pola kepemimpinan baru yang
ditunjukan oleh Jokowi, masyarakat kemudian aktif berpartisipasi dan
dilakukan secara sukarela. Sebuah bentuk partisipasi politik yang jarang
ada dalam masyarakat Indonesia yang partisipasinya selama ini cenderung
disusun dari top down, digerakan oleh uang atau kekuasaan dan
partisipasi politik yang digerakan oleh elemen luar. Kebutuhan dan
kerinduan masyarakat akan sosok Jokowi sebagai pemimpin mereka yang
membuat mereka semangat dalam membicarakan, mendukung , merindukan dan
setuju apabila Jokowi mencalonkan diri menjadi pemimpin yang lebih
tinggi (presiden) Jokowi dan Pilres 2014 Kini
Jokowi telah mencalonkan diri menjadi presiden Republik Indonesia yang
ketujuh. Dan sebagaimana dilihat di media, ketika Jokowi berkunjung ke
daerah- daerah tersebut, dukungan dan antusiasme masyarakat begitu kuat
dan membludak. Melihat animo dan kuatnya dukungan terhadap Jokowi di
daerah- daerah pedalaman di seluruh Indonesiadi era kampanye Pilpres ini
menjadi kuat keyakinan dan prediksi saya bahwa memang masyarakat
membutuhkan sosok pemimpin yang seperti Jokowi, sosok yang selama ini
dibutuhkan oleh masayarakat Indonesia ditengah- tengah kebuntuan,
kebosanan, kemuakan masyarakat akan perilaku pemimpin- pemimpin
sebelumnya yang jauh dari pikiran dan perilaku untuk membangun dan
mensejahterakan rakyat. Jokowi adalah harapan, pemimpin ideal dan solusi masalah kebangsaan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar